Subhanallah, Koin Peninggalan Khilafah Umayyah dan Abbasiyah Ditemukan di Barus
PERADABAN ISLAM ABAD KE 7 SAMPAI DI SUMATERA UTARA : PAMERAN KOIN DIRHAM UMAYYAH DAN ABASSIAH DI AREA MTQ SUMUT DI TEBING TINGGI
Koin Dinasti Bani Umayyah dan Abassiah abad ke 7 - 8 Masehi (abad 1-2 Hijriah) secara mengejutkan ditemukan masyarakat tahun 2019 di Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Lokasi ini satu garis pantai, berada di Kabupaten yang sama dan berjarak sekitar 65 KM dari kawasan situs Lobu Tua dan Barus. Di situs legendaris Barus, koin Umayyah dan Abassiah ini belum ada laporan ditemukan. Juga tidak ada dalam laporan 3 seri buku Daniel Perred dkk tentang Barus dan Lobu Tua. Koin koin itu sebagian saat ini dipamerkan dalam rangka MTQ Tingkat Provinsi di Museum Kota Tebing Tinggi, tanggal 5-11 September 2020.
Saat ini puluhan koin Umayyah dan Abassiah dikoleksi dua museum di Medan, yakni Museum Uang Sumatera dan Museum Al Qur'an Sumut. Mulanya temuan masyarakat itu diantar warga ke Museum Uang Sumatera. Tapi lokasi penemuan sudah diidentifikasi oleh instansi yang berwenang baik Pemkab Tapteng maupun Balai Arkeologi.
Koin Dinasti Bani Umayyah dan Abassiah sebagai sumber sejarah untuk mengungkap sejarah masuk nya Islam di Indonesia menarik perhatian Badan Litbang Kementerian Agama RI Jakarta. Kementerian kemudian mengadakan FGD di Museum Uang Sumatera pada tanggal 8 Agustus 2020, dengan tajuk "Koin : Studi Awal Kajian Numismatik dalam Penyebaran Islam dari Arab ke Nusantara". Pembicara FGD waktu itu adalah peneliti Dr. Nurman Kholis dari Kementerian Agama RI Jakarta, Saparudin Barus, kandidat doktor Sejarah Undip yang sekaligus kepala Museum Uang Sumatera, Dr. Ery Soedewo dari Balar Sumut, serta Dr. Phil Ichwan Azhari dari Unimed, dengan moderator aktivis Dinar Dirham, Tikwan Raya Siregar. Sebelumnya Dr.Ery Sudewo membahas koin Abassiah temuan Sumatera Utara ini dalam Webinar Seminar diselenggarakan oleh Universitas Malikulsaleh Aceh pada tanggal 2 Juli 2020.
Penggunaan koin kuno (pembuatan, sebaran, pemanfaatan dan penemuan nya) sebagai sumber dalam penulisan sejarah Indonesia selama ini relatif terabaikan. (Ichwan Azhari)
Post a Comment